Kamis, 25 Agustus 2011

_..Jangan Tangisi Kepergianku.._

Aku tertegun ketika melihat
sosok dengan wajah pucat dan
disumpal dengan kapas pada
mulut,hidung, dan telinganya.
Yang terbujur kaku
dihadapanku. Diselimuti dengan
kain berlapis.
Dia begitu mirip denganku.

Di sekelilingnya orang-orang
terisak sambil membacakan
surat Yaasin untuknya.
Seorang perempuan yang mirip
ibuku menangis tersedu-sedu
ketika membuka kain penutup
mukanya.Lalu dua perempuan
lain yang sebaya dengannya
menenangkan dia.
Dan di sekitar rumahnya ada
orang-orang yang menyesali
kematiannya yang dianggap
begitu cepat.

Ada orang yang
tidak percaya kalau dia telah
wafat.
Ada orang yang merasa kasihan
pada dia dan keluarga yang
ditinggalkannya.
Suasana disitu begitu riuh oleh
isak para pelayat.

Di teras
rumahnya seorang bapak
menahan tangis lirih
airmatanya.
Dia mencoba terlihat tegar
meski sebenarnya hatinya
begitu lemah untuk menerima
kenyataan yang ada.
Disampingnya seorang
temannya mencoba
menemaninya, dan hal itu agak
meringankan kesedihannya.
Dia masih ingat, ketika dulu
anaknya yang masih TK
memenangkan lomba
menggambar tingkat provinsi
dan tentang cita-cita anaknya
yang ingin menjadi presiden, dia
begitu bangga.
Betapa anaknya itu akan
tumbuh menjadi sosok yang
sangat luar biasa.Tak pernah dia
berpikir kalau semua itu akan
pupus pada usia anaknya yang
masih 18 tahun.

Sungguh tragis.Tiba-tiba,
sesuatu yang aneh bergerak
dalam kepalaku.Ada sesuatu. Ini
seperti rumahku. Hey !! Aku
ingat, Aku kenal orang-orang
ini.
Perempuan yang menangis
ketika membuka kain penutup
muka itu adalah ibuku, dan
bapak itu,itu adalah
bapakku.Dan jasad yang
terbaring itu, itu jasadku.

Aku
bingung. Benar-benar bingung.

Aku sudah mati..?

Tidak! Ini pasti mimpi. Yah, ini
pasti mimpi.

Lalu tiba-tiba aku
merasa panas pada
tubuhku.Sangat panas, lalu
kemudian perlahan-lahan mulai
sejuk.
Seketika itu muncul sesosok
laki-laki bercahaya dan
berwajah tampan yang
mengenakan jubah putih serta
sorban yang juga berwarna
putih di kepalanya. Dia
menghampiri diriku.

“siapa gerangan tuan?” tanyaku
kebingungan.

“aku adalah amalmu yang akan
menemanimu dalam kuburmu.”
jawabnya, lalu ia tersenyum
padaku.

Aku masih bingung.
Lalu di
halaman rumahnya, terdapat
sebuah pagar kain yang
berbentuk segi empat 3X3m, sepertinya itu adalah tempat
bekas untuk memandikan
jasadku. Tanahnya masih
basah.Didalamnya masih
terdapat sebuah altar yang
beralaskan gedebong
pisang.Aroma sabun masih
menyengat di dalamnya.Di
situlah jasadku dimandikan, di wudhukan sampai bersih dari
segala najis dan
kotoran.

Semakin banyak orang
yang berdatangan mengucapkan
belasungkawa.
Ada yang hanya melihat saja,
ada yang ikut sibuk
mempersiapkan kain kafan dan
lain-lain.Semua perabot di ruang
tamu dikeluarkan. Lalu tak
berselang lama,empat orang pria
dengan tubuh kekar datang
sambil memanggul sebuah
keranda mayat.Orang-orang
yang menghalangi jalan segera
minggir.Lalu keranda itu
diletakkan dipinggir jasadku.
Setelah semua selesai membaca
surat Yaasin untukku,jasadku
dikafani dan diletakkan pada
keranda itu,kemudian orang-
orang yang ku kenal yang
adalah tetanggaku,mengangkat
keranda itu dan membawanya
ke masjid terdekat dengan
rumahku untuk dishalati.
Di belakang para pengangkat
keranda itu ada sepupuku,dia memegang payung
hitam yang gagangnya
disambung dengan tongkat kayu.

Setelah dishalati,
seorang kiai yang masih ada
hubungan darah dengan
bapakku mulai berdoa dan
berpidato meminta keikhlasan
dari orang-orang yang ku kenal.
“…. barang kali almarhum
punya sangkutan mohon
diikhlaskan.Bagi yang
sangkutannya cukup besar dan
tidak ikhlas jika merelakannya
silahkan ungkapkan saja
sekarang, agar almarhum
merasa ringan di alam sana.”
Setelahnya, keranda yang berisi
jasadku itu diantar menuju
pekuburan terdekat.Di sana
sudah disiapkan liang kubur
untuk jasadku dengan
ukuransekitar 2X1,5 meter dan
kedalaman sekitar 2 meter.

Iring-iringan orang yang
mengantar kepergianku begitu
banyak. Sampai ada yang tidak
aku kenal sama sekali.
Dan diantara orang-orang itu
ada teman-temanku yang ikut
mengantar jasadku.
Dan hampir semua teman-
teman perempuanku menangis,
diantaranya adalah gadis yang sangat aku cintai. Yah, dialah
pujaan hatiku, Fatimah az-
Zahra. Namanya mirip dengan
putri Rasulullah, dan dia begitu
cantik.
Dialah satu-satunya gadis yang
ada di dalam hatiku.
Meski aku tidak pernah
mengungkapkan cintaku
padanya secara terang-
terangan, tapi dia tahu aku
sangat mencintainya. Dan
akupun tahu dia juga
mencintaiku.Dan sungguh
sangat ironis melihat cinta kami
terpisahkan oleh maut.

Sampai dipemakaman, jasadku dikeluarkan dari
keranda,dan di dalam liang
kubur itu sudah bersiap-siap
orang-orang yang akan
menerima jasadku untuk
mereka letakkan di tempat
peristirahatan terakhirku.

Dan setelah doa dan azan
dikumandangkan, secara
perlahan tanah kuburan itu
diletakkan pada jasadku,sampai
akirnya tenggelamlah jasadku di
tanah itu.
Jasadku terkubur
disitu.
Kemudian pak kiai
membacakan doa lagi
untukku.Dan orang-orang mulai
beranjak pergi meninggalkan
kuburku.
Satu per satu mereka pergi.
Mulai dari orang-orang yang
tidak aku kenal, para tetangga,
teman-temanku– juga Fatimah
az-Zahra–,keluarga dekatku,
dan disitu hanya tersisa ibu dan
bapakku.
Ibuku masih terisak-
isak, sedangkan bapakku
mencoba tegar dan
menenangkan ibuku.Ingin
rasanya aku memanggil mereka
berdua, tapi itu sia-sia.

Akhirnya sepi, tempat itu
menjadi sepi.Hanya gundukan
tanah yang masih basah yang
dimana jasadku bersemayam
didalamnya.Kini aku sudah
mati.Mungkin untuk beberapa
hari aku masih diingat dan
masih banyak orang yang
berkunjung ke rumahku,tapi itu
tidak akan lama. Pasti aku akan
dilupakan. Aku tahu itu.
Waktulah yang akan
menjawabnya.
Selamat jalan
untuk diriku yang telah wafat.
Selamat tinggal untuk kedua
orang tuaku,keluarga besarku,
teman-temanku, guru-
guruku,tetanggaku,dan selamat
tinggal Fatimah az-Zahra gadis
impianku.Semoga kau temukan
pendamping hidup yang setia
seperti Ali bin Abi Thalib.Aku mencintaimu,aku mencintai
kalian semua.
Innalillahi wa inna
illahi rojiun………….

Allah SWT telah berfirman:

“Setiap yang berjiwa pasti akan
merasakan mati, dan Kami
menguji kalian dengan
kejelekan dan kebaikan sebagai
satu fitnah (ujian), dan hanya
kepada Kami lah kalian akan
dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)

“Maka apabila telah tiba ajal
mereka (waktu yang telah
ditentukan), tidaklah mereka
dapat mengundurkannya barang
sesaat pun dan tidak pula
mereka dapat
mendahulukannya.” (An-Nahl:
61)

“Dan Allah sekali-kali tidak
akan menangguhkan kematian
seseorang apabila telah datang
ajal/waktunya.” (Al-Munafiqun:
11)

Wahai betapa meruginya
seseorang yang berjalan menuju
alam keabadian tanpa
membawa bekal. Janganlah
engkau, wahai jiwa, termasuk
yang tak beruntung tersebut.
Perhatikanlah peringatan
Rabbmu:

“Dan hendaklah setiap jiwa
memerhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat).” (Al-Hasyr: 18)
Al-Hafizh Ibnu Katsir
rahimahullahu menjelaskan ayat
di atas dengan menyatakan,
“Hisablah diri kalian sebelum
kalian dihisab, dan lihatlah amal
shalih apa yang telah kalian
tabung untuk diri kalian sebagai
bekal di hari kebangkitan dan
hari diperhadapkannya kalian
kepada Rabb kalian.” (Al-
Mishbahul Munir fi Tahdzib
Tafsir Ibni Katsir, hal. 1388)

Janganlah engkau menjadi orang
yang menyesal kala kematian
telah datang karena tiada
berbekal,
lalu engkau berharap
penangguhan.

“Dan infakkanlah sebagian dari
apa yang telah Kami berikan
kepada kalian sebelum datang
kematian kepada salah seorang
di antara kalian, lalu ia berkata,
‘Wahai Rabbku, mengapa
Engkau tidak menangguhkan
kematianku sampai waktu yang
dekat hingga aku mendapat
kesempatan untuk bersedekah
dan aku termasuk orang-orang
yang shalih?’.” (Al-Munafiqun:
10)

Karenanya,berbekallah!
Persiapkan amal shalih dan jauhi
kedurhakaan kepada-Nya!
Wallahu ta’ala a’lam bish-
shawab.

SMOGA BERMANFAAT...!!

(SEHB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.