Minggu, 11 September 2011

SELAMAT
ULANG TAHUN buat
SOBAT

Semoga Sehat,
Sejahtera, Panjang
Umur, Banyak Rejekinya,
dan Selamat Berbahagia
di Hari indah ini...

╔═╗╬╔╗╬╬╬╬╬╬╔╗
║═╬═╣╠═╦══╦═╣╚╗
╠═║╩╣║╬║║║║╬║╔╣
╚═╩═╩╩╩╩╩╩╩╩╩═╝
╔╦╦╗
║║║╠═╦═╦═╗
║║║║╬║║║╬║
╚═╩╩╩╩╩╬╗║
╬╬╬╬╬╬╬╚═╝

╔══╗╬╔╗
╚╗╔╬═╣╚╦╦╦═╗
╬║║║╬║║║║║║║
╬╚╝╚╩╩╩╩═╩╩╝

.........ː̗̀☀̤̣̈̇ː̖ ́.[̲̅̅H̲̅] [̲̅̅A̲̅][̅ ̲̅P̲̅][̲̅̅ P̲̅]
[̲̅̅Y̅ ̲].ː̗̀☀̤̈̇ ̣ː̖́.......
.ː̗̀☀̤̣̈̇ː ̖́.[̲̅̅B̲̅ ][̲̅̅I̲̅][ ̲̅̅R̲̅][̅̅ ̲T̲̅][̲̅̅H ̲̅][̲̅̅D̲̅ ]
[̲̅̅A̲̅][ ̲̅̅Y̲̅].ː̗ ̀☀̤̣̈̇ː̖́
prosperity ,good health
& glory! Amiin..
......•*¨*• panjang
umurnya •*¨*•.....
..........♫♪ panjang
umurnya..¨*•......
..........♫♪ panjang
umurnya.............
...........,'.,'." serta
mulia..¸.........
¸..•*¨*•♫♪. serta
mulia... *•....
..........♫♪ serta
muliaaaaaa...¨*•♫♪
---------------() --- () ---()
---()
---------------|| --- ||
--|| -- ||
--------------
{*~*~*~*~*~*~*}
-------
@@@@@@@@@@@@@@@
-------
{~*~*~*~*~*~*~*~*~*~ }
----
@@@@@@@@@@@@@@@@@@
--- {~*~*~*~*~ HAPPY
*~*~*~*~*}
--- {~*~*~*~*~BIRTHDAY
*~*~*~*}
-- {~*~*~*~*TGL *~*~}
@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Selamat berbahagia,
sehat selamanya..!

......┋¸.•★Met ULANG
TAHUN★•.¸┋.....
........ . . °˚˚°||⿳ I wish
U all°˚˚°. . . ....
.... . °˚˚°d'Best&Blessed
⿳||°˚˚° ヅ......
....' ' ' By: JQ " ".

Jumat, 09 September 2011

Bismillahirrahmanirrahim……
Dgn menyebut nama
Allah Yg Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang ..•*
´`*•.♥♥.•*´`'•.¸*¤*
¸.•'´´*•.♥♥.•*´`*•.
SEBUAH KISAH
RENUNGAN
LELAKI YANG GELISAH
Rasanya ini baik untuk
direnungkan oleh kita
yang merasa
"berkecukupan" dan
selalu "dimanja" oleh
Tuhan.
--------------------------------------------------------------------------------
Dari pinggir kaca nako, di
antara celah kain gorden,
saya melihat lelaki itu
mondar-mandir di depan
rumah. Matanya berkali-
kali melihat ke rumah
saya.Tangannya yang
dimasukkan ke saku
celana, sesekali
mengelap keringat di
keningnya.
Dada saya berdebar
menyaksikannya. Apa
maksud remaja yang bisa
jadi umurnya tak jauh
dengan anak sulung saya
yang baru kelas 2 SMU
itu? Melihat tingkah
lakunya yang gelisah,
tidakkah dia punya
maksud buruk dengan
keluarga saya? Mau
merampokkah? Atau dia
punya masalah dengan
Yudi, anak saya? Tapi
mengapa anak muda itu
tidak juga masuk?
Tidakkah dia menunggu
sampai tidak ada orang
yang memergoki? Saya
sedikit lega saat anak
muda itu berdiri di
samping tiang telepon.
Saya punya pikiran lain.
Mungkin dia sedang
menunggu seseorang,
pacarnya, temannya,
adiknya, atau siapa saja
yang janjian untuk
bertemu di tiang telepon
itu. Saya memang tidak
mesti berburuk sangka
seperti tadi. Tapi dizaman
ini, dengan peristiwa-
peristiwa buruk,
tenggang rasa yang
semakin menghilang,
tidakkah rasa curiga
lebih baik daripada
lengah?
Tiba-tiba anak muda itu
membalikkan badan dan
masuk ke halaman
rumah. Debaran jantung
saya mengencang
kembali. Saya memang
mengidap penyakit
jantung. Tekad saya
untuk menelepon
tetangga sudah bulat,
tapi kaki saya tidak bisa
melangkah. Apalagi
begitu anak muda itu
mendekat, saya ingat,
saya pernah melihatnya
dan punya pengalaman
buruk dengannya. Tapi
anak muda itu tidak lama
di teras rumah. Dia hanya
memasukkan sesuatu ke
celah di atas pintu dan
bergegas pergi. Saya
masih belum bisa
mengambil benda itu
karena kaki saya masih
lemas.
* * *
Saya pernah melihat anak
muda yang gelisah itu di
jembatan
penyeberangan, entah
seminggu atau dua
minggu yang lalu. Saya
pulang membeli bumbu
kue waktu itu. Tiba-tiba
di atas jembatan
penyeberangan, saya ada
yang menabrak, saya
hampir jatuh. Si penabrak
yang tidak lain adalah
anak muda yang gelisah
dan mondar-mandir di
depan rumah itu,
meminta maaf dan
bergegas mendahului
saya. Saya jengkel,
apalagi begitu sampai di
rumah saya tahu dompet
yang disimpan di kantong
plastik, disatukan dengan
bumbu kue, telah raib.
Dan hari ini, lelaki yang
gelisah dan si penabrak
yang mencopet itu,
mengembalikan dompet
saya lewat celah di atas
pintu. Setelah saya
periksa, uang tiga ratus
ribu lebih, cincin emas
yang selalu saya simpan
di dompet bila bepergian,
dan surat-surat penting,
tidak ada yang
berkurang.
Lama saya melihat
dompet itu dan melamun.
Seperti dalam dongeng.
Seorang anak muda yang
gelisah, yang siapa pun
saya pikir akan
mencurigainya, dalam
situasi perekonomian
yang morat-marit seperti
ini, mengembalikan uang
yang telah
digenggamnya. Bukankah
itu ajaib, seperti dalam
dongeng. Atau hidup ini
memang tak lebih dari
sebuah dongengan?
Bersama dompet yang
dimasukkan ke kantong
plastik hitam itu saya
menemukan surat yang
dilipat tidak rapi. Saya
baca surat yang berhari-
hari kemudian tidak lepas
dari pikiran dan hati saya
itu. Isinya seperti ini: "Ibu
yang baik, maafkan saya
telah mengambil dompet
Ibu. Tadinya saya mau
mengembalikan dompet
Ibu saja, tapi saya tidak
punya tempat untuk
mengadu, maka saya tulis
surat ini, semoga Ibu mau
membacanya. Sudah tiga
bulan saya berhenti
sekolah. Bapak saya di-
PHK dan tidak mampu
membayar uang SPP.
Karena kemampuan
keluarga yang minim itu
saya berpikir tidak apa-
apa saya sekolah sampai
kelas 2 STM saja. Tapi
yang membuat saya sakit
hati, Bapak kemudian
sering mabuk dan berjudi.
Adik saya yang tiga
orang, semuanya keluar
sekolah. Emak berjualan
gorengan yang dititipkan
di warung, dan adik-adik
saya membantu
mengantarkannya sedang
saya berjualan koran.
Saya sadar, kalau
keadaan seperti ini, saya
harus berjuang lebih
keras. Dari pagi sampai
malam saya bekerja.
Tidak saja jualan koran,
tapi juga membantu
mencuci piring di warung
nasi dan kadang ngamen.
Tapi penghasilan kami
belum juga cukup
memenuhi kebutuhan
keluarga. Terlebih bapak
masih juga minta uang
untuk memasang judi
kupon gelap. Dan kadang
Bapak meminta sambil
marah-marah dan
memukul, saya tidak kuat
untuk diam. Saya
mengusir Bapak. Dan
begitu Bapak memukul,
saya membalasnya
sampai Bapak terjatuh-
jatuh. Emak memarahi
saya sebagai anak laknat.
Saya sakit hati. Saya
bingung mesti
bagaimana?
Saat Emak sakit dan
Bapak semakin menjadi
dengan judi buntutnya,
sakit hati saya semakin
menggumpal, tapi saya
tidak tahu sakit hati oleh
siapa. Di jalan, saat saya
jualan koran, saya sering
merasa punya dendam
yang besar tapi tidak
tahu dendam oleh siapa
dan karena apa. Emak
tidak bisa ke dokter. Tapi
orang lain bisa
melenggang begitu saja
dengan mobil mewahnya,
mereka rela
mengeluarkan ratusan
ribu untuk sekali makan,
belanja barang-barang
mewah di Mall. Sedang
saya hanya untuk
mengajak emak ke
dokter saja, saya tidak
bisa.
Maka saya pun bertekad
untuk mengajak emak ke
dokter, dan saya
merencanakan untuk
mencopet. Berhari-hari
saya mengikuti bus kota,
tapi saya tidak pernah
berani menggerayangi
saku orang. Keringat
dingin malah membasahi
baju. Saya gagal jadi
pencopet.
Dan siang itu, saya
melihat Ibu memasukkan
dompet ke kantong
plastik. Maka saya ikuti
Ibu. Di atas jembatan
penyeberangan, saya
pura-pura menabrak Ibu
dan cepat mengambil
dompet. Saya gembira
ketika mendapatkan
uang 300 ribu lebih.
Saya segera mendatangi
Emak dan mengajaknya
ke dokter. Tapi Ibu, Emak
malah menatap saya
tajam. Dia menanyakan,
dari mana saya dapat
uang. Saya sebenarnya
ingin mengatakan bahwa
itu tabungan saya, atau
meminjam dari teman.
Tapi saya tidak bisa
berbohong. Saya
mengatakan sejujurnya,
Emak mengalihkan
pandangannya begitu
saya selesai bercerita.
Di pipi keriputnya
mengalir butir-butir air.
Emak menangis. Ibu,
tidak pernah saya
merasakan kebingungan
seperti ini. Saya ingin
berteriak. Sekeras-
kerasnya. Sepuas-
puasnya. Dengan uang
300 ribu lebih sebenarnya
saya bisa makan-makan,
mabuk, hura-hura. Tidak
apa saya jadi pencuri.
Tidak perduli dengan Ibu,
dengan orang-orang yang
kehilangan. Karena
orang-orang pun tidak
perduli kepada saya. Tapi
saya tidak bisa
melakukannya. Saya
harus mengembalikan
dompet Ibu. Maaf."
Surat tanpa tanda tangan
itu berulang kali saya
baca. Berhari-hari saya
mencari anak muda yang
bingung dan gelisah itu.
Di setiap stopan tempat
puluhan anak-anak
berdagang dan
mengamen. Dalam bus-
bus kota. Di taman-
taman. Tapi anak muda
itu tidak pernah
kelihatan lagi. Siapapun
yang berada di stopan,
tidak mengenal anak
muda itu ketika saya
menanyakannya.
Lelah mencari, di bawah
pohon rindang, saya
membaca dan membaca
lagi surat dari pencopet
itu. Surat sederhana itu
membuat saya tidak
tenang. Ada sesuatu yang
mempengaruhi pikiran
dan perasaan saya. Saya
tidak lagi silau dengan
segala kemewahan.
Ketika Kang Yayan
membawa hadiah-hadiah
istimewa sepulang
kunjungannya ke luar
kota, saya tidak
segembira biasanya.Saya
malah mengusulkan oleh-
oleh yang biasa saja.
Kang Yayan dan kedua
anak saya mungkin aneh
dengan sikap saya akhir-
akhir ini. Tapi mau
bagaimana, hati saya
tidak bisa lagi menikmati
kemewahan. Tidak ada
lagi keinginan saya untuk
makan di tempat-tempat
yang harganya ratusan
ribu sekali makan, baju-
baju merk terkenal
seharga jutaan, dan
sebagainya.
Saya menolaknya meski
Kang Yayan bilang tidak
apa sekali-sekali. Saat
saya ulang tahun, Kang
Yayan menawarkan untuk
merayakan di mana saja.
Tapi saya ingin memasak
di rumah, membuat
makanan, dengan tangan
saya sendiri. Dan
siangnya, dengan dibantu
Bi Nia, lebih seratus
bungkus nasi saya bikin.
Diantar Kang Yayan dan
kedua anak saya, nasi-
nasi bungkus dibagikan
kepada para pengemis,
para pedagang asongan
dan pengamen yang
banyak di setiap stopan.
Di stopan terakhir yang
kami kunjungi, saya
mengajak Kang Yayan
dan kedua anak saya
untuk makan bersama.
Diam-diam air mata
mengalir dimata saya.
Yuni anak sulung saya
menghampiri saya dan
bilang, "Mama, saya
bangga jadi anak Mama."
Dan saya ingin menjadi
Mama bagi ribuan anak-
anak lainnya.
--------------------------------------------------------------------------------
Sahabatku.., bersyukurlah
dengan segala nikmat
yang telah ALLAH berikan
kepadamu sampai detik
ini. Nikmat sehat,
keluarga yang selalu
menyayangimu,
pengasilan tetap, rumah
dan segala fasilitas yang
tersedia. Sungguh ALLAH
teramat sayang
kepadamu, so.., tak
seharusnya kau terus
mengeluh ketika kau
tidak lebih beruntung
dari orang lain. Lihatlah
di luar sana, banyak
saudara-saudara kita
yang masih kurang
beruntung, yang terpaksa
menggantungkan cita-
citanya karena tidak ada
biaya, yang setiap hari
selalu berfikir “besok kita
makan apa?”, yang tidur
hanya beralaskan tikar,
yang hanya mampu
makan sehari sekali, yang
terpaksa hidup di jalanan
untuk mencari sesuap
nasi.
Sahabatku.., yuk buka
mata dan hati kita untuk
lebih peduli, dengan
sedikit berbagi
kebahagiaan bagi
saudara-saudara kita
yang membutuhkan.
Membuat mereka
tersenyum menyambut
hari esok yang lebih
indah. Semoga kita selalu
diberi kemudahan untuk
bisa selalu berbagi
kebahagiaan kepada
saudara-saudara kita
yang kurang beruntung.
Aamiin.
♥ Semoga bisa diambil
hikmahnya
Semoga tulisan
sederhana ini membawa
banyak manfaat bagi
yang membacanya.
Segala kesalahan adalah
dari saya pribadi, untuk
itu saya mengucapkan
mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Dan
kebenaran itu mutlak
milik Allah Azza Wa
Jalla...Wallahu Musta'an
Subhanakallahumma
wabihamdika asyhadu
alla ila ha illa anta
astaghfiruka wa atuubu
ilaika . . ..•*´`*•.♥♥.•*
´`'•.¸*¤* ¸.•'´´*•.♥♥.•*
´`*•.

SMOGA BERMANFAAT.